Mungkin judul di atas terlalu berlebihan, tapi menurut saya, Pemerintahlah yang keterlaluan. Masak Pemerintah tega-teganya membohongi saya. Demi kejujuran, demi ketransparanan, tak ada salahnya aku "mbukak wadi", karena menurut saya, ini bukanlah aib.
Begini ceritanya...
Akhir 2007, hati saya berbunga-bunga karena lolos uji sertifikasi yang artinya tak lama lagi saya akan dapat tambahan penghasilan yang menurut ukuran saya lumayan besar. Tapi karena rasa percayaku yang demikian besar pada pemerintah, saya yakin bahwa mimpi saya akan jadi kenyataan. Dengan perhitungan njlimet, saya berkesimpulan saya sudah merasa mampu (walau sedikit dipaksakan) untuk nyambung speedy ke rumah. Dengan proses yang gampang, alhasil tersambunglah speedy itu. Karena masih seneng2nya, maka saya dan anak saya tiap saat memakai fasilitas yang ternyata mahal itu.
Tapi apa yang kemudian terjadi?.
Ternyata janji pemerintah tak kunjung datang, malah keduluan kebijakan kenaikan BBM. Padahal pemakaian speedyku selalu melebihi jatah yang cuma 50 jam / bulan. Akibatnya tiap habis bayar tagihan, istri saya selalu komplain, karena pemakaian speedyku selalu berlebih. Tiap bulan rata-rata habis 400 ribuan, yang menelan sebagian besar APBN Rumah Tangga. Akhirnya saya terpaksa ngerem-eremi istri saya, anggaplah itu uang jajan saya. Saya bingung. Mau hentikan langganan kasihan pada anak saya (dan saya juga), karena saya sudah terlanjur kecanduan ngopeni blog ini, walau blog ini masih ngisin-isini...
Maka dari itu, bila suatu ketika nanti blog ini mati, bagi yang baca tulisan saya ini akan tau, bahwa hal itu terjadi karena saya tak mampu langganan speedy lagi. Yang lebih sedih lagi adalah rekening tabungan (yang harus dimiliki oleh guru yang dinyatakan lulus) makin berkurang terpotong biaya administrasi / biaya online bank.
Kalau ada waktu, bisa baca [ini]
Begini ceritanya...
Akhir 2007, hati saya berbunga-bunga karena lolos uji sertifikasi yang artinya tak lama lagi saya akan dapat tambahan penghasilan yang menurut ukuran saya lumayan besar. Tapi karena rasa percayaku yang demikian besar pada pemerintah, saya yakin bahwa mimpi saya akan jadi kenyataan. Dengan perhitungan njlimet, saya berkesimpulan saya sudah merasa mampu (walau sedikit dipaksakan) untuk nyambung speedy ke rumah. Dengan proses yang gampang, alhasil tersambunglah speedy itu. Karena masih seneng2nya, maka saya dan anak saya tiap saat memakai fasilitas yang ternyata mahal itu.
Tapi apa yang kemudian terjadi?.
Ternyata janji pemerintah tak kunjung datang, malah keduluan kebijakan kenaikan BBM. Padahal pemakaian speedyku selalu melebihi jatah yang cuma 50 jam / bulan. Akibatnya tiap habis bayar tagihan, istri saya selalu komplain, karena pemakaian speedyku selalu berlebih. Tiap bulan rata-rata habis 400 ribuan, yang menelan sebagian besar APBN Rumah Tangga. Akhirnya saya terpaksa ngerem-eremi istri saya, anggaplah itu uang jajan saya. Saya bingung. Mau hentikan langganan kasihan pada anak saya (dan saya juga), karena saya sudah terlanjur kecanduan ngopeni blog ini, walau blog ini masih ngisin-isini...
Maka dari itu, bila suatu ketika nanti blog ini mati, bagi yang baca tulisan saya ini akan tau, bahwa hal itu terjadi karena saya tak mampu langganan speedy lagi. Yang lebih sedih lagi adalah rekening tabungan (yang harus dimiliki oleh guru yang dinyatakan lulus) makin berkurang terpotong biaya administrasi / biaya online bank.
Kalau ada waktu, bisa baca [ini]
Postingan ini dilengkapi fasilitas pengaturan jenis dan ukuran font. Pilih dan atur sesuai selera agar nyaman di mata. Terima Kasih. |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar