HaNuMan

11 Agustus 2008

B

agi politisi akan menduga hanuman adalah nama partai, para lelaki malah mengira itu merk celana dalam, anak mengira itu kelompok lakon seperti Batman, Megaloman, Superman dkk, yang suka othak athik gathuk menterjemahkannya sebagai "hanunya laki2", yang dhalang seperti Ki Sawali mengira saya salah ketik nama wayang komunitasnya Hanila, Hanggodo, Subali, Sugriwo, Jembawan, Anjani dll.
HaNuMan adalah Hati Nurani Manusia, suatu istilah biasa yang saya singkat biar terkesan luar biasa. Menurut ilmu jurnalistik dan ilmu pemasaran yang saya pelajari, katanya "judul" itu harus menarik, penuh tanda tanya dan harus bikin penasaran, sehingga orang akan membacanya lebih lanjut. Saya yakin seyakin2nya, Anda telah membacanya sampai disini, sehingga teori jurnalistik dan pemasaran itu benar adanya.
Ada apa dengan hati nurani manusia?
Konon katanya, (ungkapan paling gampang, karena mau menyebut landasan teori atau sumber kok terlalu ilmiah), hati nurani manusia itu lebih jujur dan paling jujur dibanding organ tubuh yang lain.
Beberapa kali saya membuat jajak pendapat, polling, angket, tanya jawab atau apapun namanya selama puluhan tahun (1981 s.d 2008) kepada ribuan manusia terpercaya, terdidik, sehat jasmani dan rohani, adil dan beradab, tidak dalam tekanan, berkelakuan baik, berkepribadian amat baik, IQ normal, terseleksi.
Responden itu adalah murid saya sendiri sejumlah 4.984 orang yang kami bagi dalam 3 kategori, yaitu siswa kelas 1 baru yang kata orang2 namanya input (karena baru masuk), siswa kelas 3 yang hampir lulus yang kata orang2 namanya output (karena akan segera keluar) dan siswa kelas 2 yang tidak baru masuk dan belum mau keluar, artinya masih diam di tempat sehingga kata saya (bukan kata orang2) saya istilahkan "diamput" (karena memang masih diam, sebuah istilah baru untuk sesuatu yang tidak lagi sebagai input dan belum akan menjadi output).
Apa jajak pendapatnya dan bagaimana hasilnya, berikut saya sertakan laporannya.

Hal : "Melihat teman terlambat dan dimarahi guru"
Hasil : Senang = 95%; Kasihan = 4%; Biasa Saja = 1%
[Suka melihat orang lain susah]

Hal : "Melihat guru panik karena lupa teori"
Hasil : Pengin tertawa = 94%; Kasihan = 2%; Biasa Saja = 4%
[Senang melihat orang lain susah]

Hal : "Upacara Rutin Hari Senin"
Hasil : Senang = 2%; Tidak Tahu = 6%; Tidak Suka = 92%
[Kelihatan sifat malasnya lebih dominan]

Hal : "Mengerjakan PR atau Tugas"
Hasil : Senang = 12%; Tidak Tahu = 6%; Tidak Suka = 82%
[Kelihatan sifat malasnya lebih dominan]

Hal : "Melihat teman dipuji guru"
Hasil : Senang = 3%; Tidak Senang = 84%; Biasa Saja = 13%
[Susah melihat orang senang]

Hal : "Masuk jam 07.00 Pulang jam 13.30"
Hasil : Setuju = 9%; Tidak Setuju = 78%; Tidak Tahu = 13%
[Maunya masuk jam 08.00, pulang jam 10.30 seperti Taman Kanak-Kanak]

Hal : "Tidak belajar tapi nilainya baik"
Hasil : Setuju = 98%; Tidak Setuju = 0%; Tidak Tahu = 2%
[Cita2nya dapat pekerjaan ringan tapi gajinya besar]

Saya meyakini polling ini adalah fair dan bener2 dari hati nurani, karena bersifat rahasia dan anonim.
Selain polling, saya juga mengajukan beberapa pertanyaan terbuka yang harus ditulis.
Ketika saya tanya "Apa tujuan mereka sekolah di SMA", sebagian besar siswa terlihat bingung mau jawab apa. Kalaupun ada yang menjawab, terkesan ngarang dan nyari2, bukan jawaban yang terkonsep. Itulah fakta. Ibarat kita naik bis, ketika kondektur tanya mau ke mana, kita terbengong2 tak bisa jawab cepat dan masih mikir. Aneh!.
Lalu ketika saya tanya "Sebutkan 3 sifat jelek yang dimiliki", anak demikian sigap menuliskannya, bahkan ada yang kelebihan saking banyaknya. Tapi ketika sampai pertanyaan ketiga, "Sebutkan 3 sifat baik yang dimiliki, kembali siswa mikir2 bahkan bengong karena kesulitan mendapatkan jawaban.
Pertanyaan berikutnya mulai itung2an, "Dalam sehari kemarin, berapa perbandingan antara hal baik yang dilakukan dan hal tidak baik yang telah dilakukan. Rata2 jawaban siswa menunjukkan hal jeleknya lebih besar.

Saya sendiri sering bekerja tanpa tujuan dan miskin konsep. Saya juga tak pernah bisa jawab ketika ditanya tujuan saya ngeBlog itu apa. Sifat jelek saya sangat dominan.

Bagaimana dengan Anda???

Postingan ini dilengkapi fasilitas pengaturan jenis dan ukuran font.
Pilih dan atur sesuai selera agar nyaman di mata. Terima Kasih.

18 komentar :

  1. ANUMAN manusia yang besar ANU-nya :D

    BalasHapus
  2. komentarnya kok ditahan dulu kenapa pak,

    BalasHapus
  3. Kalau saya Hanya Nunut Mangan kok pakde....
    Lain kali coba respondennya guru, kususnya yang termasuk yang diamput tadi.....

    BalasHapus
  4. @ Mantan Kyai:
    Wah, kok jeli2nya ya... Makasih apresiasinya. Menambah perbendaharaan singkatan

    @ Ekspresi Hati:
    Sekarang tidak ditahan Mas. Orang hidup mesti pinter tarik ulur.

    @ Pak Rochman:
    Kalau saya nunut semuanya, ya mangan ya ngombe, ya tidur...

    BalasHapus
  5. mungkin perlu dibedakan naluri dan nurani, pak. kalo liat hasil polling, dua-duanya bisa jujur, tapi yg satu cenderung ngawur. hati kan isinya dua sisi yg saling berusaha memegang kendali, konon katanya orang tua. :D

    BalasHapus
  6. @ Mas Sitijenang:
    Mungkin iya mas. Kalau Nurani itu kecenderungannya positif dan manusiawi, sedangkan Naluri menjurus ke nafsu, bahkan ekstrimnya bisa menjurus ke sifat binatang. Makanya hampir tak ada orang yang bernama "Naluri". Kalau Nama Nurani banyak sekali, dari orang biasa sampai selebriti.

    BalasHapus
  7. Bingung mister mau komentar apa...
    Aku hanya diam seribu bahasa. Bahasa asingnya speechless---bisu--
    Kebanyakan dari kita memang 'senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang senang'
    Kalo bahasa agamanya mungkin : iri hati kali ya mister...?!

    BalasHapus
  8. hanuman....wah teringat kembali akan monyet peliharaan saya yang telah gugur mendahului saya...

    BalasHapus
  9. @ Mr Khay:
    Bisu lebih bermakna ketimbang omong kosong!

    @ Mas Dhany:
    Ikut berbela sungkawa...

    BalasHapus
  10. catatan kaki untuk kang Rochmaniac:
    bedanya nurani sama naluri bukan pada kandungan makna leksikonnya, tapi pada nasib dari kedua diksi tersebut: nurani bernasib baik. naluri kerap bernasib jelek. Tak heran kan kalau wiranto aja lebih memilih nurani untuk menamai partainya: Partai Hati Nurani Rakyat. Sedang Naluri belum ada satu partaipun yang mau memakainya. hehehe

    BalasHapus
  11. wew... hasil pollingnya bener2 jujur dan mengagumkan. luar biasa. ini menunjukkan loncatan budaya yang dahsyat, pak mars. suka mentertawakan orang lain ketika sedang menderita, hehehe.... tak mau upacara, sukses belajar secara instan sehingga tak mau repot2 belajar, dllllll .... btw, saya suka benget dg istilah "diamput" itu, pak, haks ...

    BalasHapus
  12. @ Gus Ye:
    Catatan kaki apa Cacatan kaki Gus

    @ Pak Sawali:
    Saya dapat kosakata baru, "loncatan budaya"...

    BalasHapus
  13. Emang jaman gini tuh gtu pak...
    Saya juga ngerasa yang sama dengan hasil polling itu *aku kan juga manusia*

    ------------------------------------------------
    Susah melihat org lain senang,senang melihat orang lain susah

    BalasHapus
  14. jangankan murid pak mars...
    sarjana sarjana itu aja kalau ditanya 3 sifat baik dan buruk waktu test kerja mikirrnya luammma kok.

    BalasHapus
  15. @ Mas rizla:
    Padahal dunia akan semakin indah bila kita susah senang sama2 ya Mas...

    @ Mas Abdee:
    Makhluk paling jahat memang manusia Mas. Segalanya dimakan. Daging, biji2an, umbi2an, bahkan rumput2an...

    BalasHapus
  16. nyanyi lagu hanoman obong :D

    BalasHapus
  17. @mas Rizla : setuju gan ,, emang jaman sudah gni ,, susah liat orang senang dan senang liat orang susah

    BalasHapus

Random Post

Back to top

Sugeng

Selamat
Hari

Have
a nice day

~mars~