K
ondisi puasa memaksa saya untuk menggunakan energi seefisien mungkin. Saya gunakan segala metode dan upaya, agar dengan cara yang ringan, saya dapatkan data statistik yang lumayan valid. Saya angkat judul posting di atas lewat media Plurk, lalu saya saring komentar2 yang masuk. Ternyata jawaban dan komentar yang masuk mengerucut menjadi sebuah kesimpulan yang menurut saya sangat masuk akal, minimal akal saya. Mungkin beda dengan yang terjadi pada orang lain, tapi fakta itulah yang ada pada saya. Saya lebih ingat dan lebih sering mengingat guru2 SD saya ketimbang guru SMP, SMA apalagi Dosen2 saya.
Beberapa kesimpulan yang bisa saya rangkum dari alasan kenapa itu semua bisa demikian adalah:
Beberapa kesimpulan yang bisa saya rangkum dari alasan kenapa itu semua bisa demikian adalah:
- Di SD relatif lebih lama ketimbang di SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi
- Kondisi umur masih muda, wajar kalau daya ingat kita tajam. Kalau sekarang kan 'daya lupa'nya yang tajam.
- Saat SD pikiran kita masih murni, masih fresh dan belum terkontaminasi oleh hal aneh2
- Jumlah Guru SD jauh lebih sedikit dibanding tingkat di atasnya
- Di SD sistemnya guru kelas, sepanjang hari menyatu dengan guru yang sama dari pagi sampai siang, dari masuk sampai pulang
- Sikap guru SD lebih kekeluargaan, sangat pas dengan predikat orang tua kedua. Yang Pak Guru bisa sebagai pengganti Ayah dan Bu Guru sebagai pengganti Ibu. Tutur Bahasa tidak menggurui dan bisa ngemong
- Kesabaran Guru SD layak diacungi jempol. Yang tak sependapat pasti belum pernah sekolah di SD atau ijasah SD nya meragukan.
- ...
Postingan ini dilengkapi fasilitas pengaturan jenis dan ukuran font. Pilih dan atur sesuai selera agar nyaman di mata. Terima Kasih. |
saat saya SD kelas satu saat pipis saya masing sering di bantuin buka celana pak sehingga sy masih ingat betul guru tersebut
BalasHapuskalau gurune lucu seperti pak marsudiyanto, nggak peduli mulang SD, SMP SMA atau emboh, pasti inget terussss
BalasHapussaya paling ingat ibu guru SD kelas 1 yang cuantik, soale wes nate tak inceng kathoke...
BalasHapusmungkin reaksi guru SD juga berkait dengan peserta didiknya. kalo udah mulai ABG kan emang cendering ngaco *inget diri sendiri*
BalasHapus@ semua:
BalasHapusGuru SD kelas I memang paling berkesan, apalagi saya yang tak mengenal TK ini. Ketemu guru pertama ya di SD...
wah, baru kali ini saya menemukan postingan yang berusaha untuk mencaari korelasi antara blog dan plurk. wew... ternyata bisa salng menunjang, ya. kalau kehabisa ide, bikin aja ontran2 di plurk, lalu dibikin postingan, haks.
BalasHapushehehe sama pak saya juga lebih mendredek ketika ketemu guru jaman SD saya tapi tak pernah saya untuk mengakui sebagai mantan Guru tapi saya tetap mengakui sebagai Guru saya
BalasHapusSejak awal jadi guru SMP, saya sudah siap untuk tidak diingat oleh murid-murid saya.
BalasHapusTiwas berharap diingat, malah muridnya tidak ingat, malah menyakitkan hati, ya nggak.
saya mahasiswa mas
BalasHapusStop Dreaming Start Action
Tanpa jasa mereka, apalah jadinya saya. mereka pahlawan yang penuh dengan tanda jasa
BalasHapus