S
usu yang terkontaminasi melamin sudah ada yang ngurusi, bahkan sederet blog yang asal copy sana sinipun ikut2an mbahas dan mengulas.
Makanya saya tidak antusias buat membahasnya.
Ini tentang hasil survey kecil2an saya tentang dua peribahasa yaitu:
Dan inilah hasilnya:
Ternyata 99,34% murid SMA mengaku pernah mendengar dan mempelajari peribahasa tersebut. Dari 99,34%, 93,09% di antaranya tidak mengenal bahkan tidak tau apa itu tuba, nila dan belanga. Tau saja tidak, apalagi ngalami. Gimana bisa dikatakan paham?. Itu artinya, sebagian besar siswa tidak tau apa yang dipelajari dan dihafalkannya selama ini karena beda era. Jangankan siswa, lha wong saya saja taunya sekedar asal2an dan cenderung ngawur kok. Mungkin karena pernah ada dan sekarang telah tiada, mungkin juga telah kadaluwarsa. Kalau Tuba saya agak tau dan pernah melihat, itu tumbuhan sejenis rumput2an seperti alang2, rasanya pahit dan bisa ngobati kudis. Nila saya tidak tau, belanga saya pernah juga melihat, itu peralatan dapur yang punah karena tergusur aluminium dan teflon.
Yang justru membingungkan saya adalah peribahasa kedua.
Emangnya ada, susu sebelanga?
Ahli Bahasa pasti berkelit, 'Ini kan peribahasa'
Dan sayapun tak kalah gesit: 'Emangnya kalau peribahasa, harus membingungkan manusia?'.
Kalau gitu, ganti aja peribahasa dengan bahasaperi...
Maaf seribu maaf bagi yang ahli bahasa. Saya tidak sedang merusak tatanan lama, tidak pula merusak sesuatu yang sudah mapan bersembunyi di singgasana sastra tinggi. Saya cuma resah gelisah, harus mengedepankan yang mana, jualan pepesan kosong ataukah Contextual Teaching & Learning (CTL)?. CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Pendekatan kontektual mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga tercipta hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari2. Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui 'mengalami' bukan 'menghafal'. Mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Kita harus adakan revitalisasi dalam segala aspek.
Tapi percayalah, saya bukan ekstrimis yang akan merubah 'air susu dibalas air tuba' dengan 'air susu dibalas air comberan', tidak pula mengganti 'gara2 nila setitik rusak susu sebelanga' menjadi 'gara2 melamin setitik rusak susu sekontainer'.
Paling2 yang ada di benak saya adalah peribahasa 'Seperti susu di daun talas' dan 'Gajah mati meninggalkan gading, kuda liar mati meninggalkan susu'.
Di sini, bukan susu yang terkontaminasi, tapi justru susu yang mengkontaminasi tulisan saya, sehingga hurufnya jadi besar2 dan gemuk karena rajin minum susu sebelanga. Kalau terkesan kosakata susu mendominasi tulisan saya ini, Ah, itu kan perasaan Sampeyan aja. Lagian, yang baca kayaknya juga menikmati banget.
[ mode guru is off ]
Makanya saya tidak antusias buat membahasnya.
Ini tentang hasil survey kecil2an saya tentang dua peribahasa yaitu:
Dan inilah hasilnya:
Tentang 'peribahasa' | |||
Tentang 'tuba' | |||
Tentang 'nila' | |||
Tentang 'belanga' |
Ternyata 99,34% murid SMA mengaku pernah mendengar dan mempelajari peribahasa tersebut. Dari 99,34%, 93,09% di antaranya tidak mengenal bahkan tidak tau apa itu tuba, nila dan belanga. Tau saja tidak, apalagi ngalami. Gimana bisa dikatakan paham?. Itu artinya, sebagian besar siswa tidak tau apa yang dipelajari dan dihafalkannya selama ini karena beda era. Jangankan siswa, lha wong saya saja taunya sekedar asal2an dan cenderung ngawur kok. Mungkin karena pernah ada dan sekarang telah tiada, mungkin juga telah kadaluwarsa. Kalau Tuba saya agak tau dan pernah melihat, itu tumbuhan sejenis rumput2an seperti alang2, rasanya pahit dan bisa ngobati kudis. Nila saya tidak tau, belanga saya pernah juga melihat, itu peralatan dapur yang punah karena tergusur aluminium dan teflon.
Yang justru membingungkan saya adalah peribahasa kedua.
Emangnya ada, susu sebelanga?
Ahli Bahasa pasti berkelit, 'Ini kan peribahasa'
Dan sayapun tak kalah gesit: 'Emangnya kalau peribahasa, harus membingungkan manusia?'.
Kalau gitu, ganti aja peribahasa dengan bahasaperi...
Maaf seribu maaf bagi yang ahli bahasa. Saya tidak sedang merusak tatanan lama, tidak pula merusak sesuatu yang sudah mapan bersembunyi di singgasana sastra tinggi. Saya cuma resah gelisah, harus mengedepankan yang mana, jualan pepesan kosong ataukah Contextual Teaching & Learning (CTL)?. CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Pendekatan kontektual mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga tercipta hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari2. Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui 'mengalami' bukan 'menghafal'. Mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Kita harus adakan revitalisasi dalam segala aspek.
Tapi percayalah, saya bukan ekstrimis yang akan merubah 'air susu dibalas air tuba' dengan 'air susu dibalas air comberan', tidak pula mengganti 'gara2 nila setitik rusak susu sebelanga' menjadi 'gara2 melamin setitik rusak susu sekontainer'.
Paling2 yang ada di benak saya adalah peribahasa 'Seperti susu di daun talas' dan 'Gajah mati meninggalkan gading, kuda liar mati meninggalkan susu'.
Di sini, bukan susu yang terkontaminasi, tapi justru susu yang mengkontaminasi tulisan saya, sehingga hurufnya jadi besar2 dan gemuk karena rajin minum susu sebelanga. Kalau terkesan kosakata susu mendominasi tulisan saya ini, Ah, itu kan perasaan Sampeyan aja. Lagian, yang baca kayaknya juga menikmati banget.
[ mode guru is off ]
Postingan ini dilengkapi fasilitas pengaturan jenis dan ukuran font. Pilih dan atur sesuai selera agar nyaman di mata. Terima Kasih. |
kalau saya sih taunya SUSU si Nila pak, kalau susunya si titik lom pernah lihat apa lagi si belanga....
BalasHapusada lagu nostalgia:
BalasHapus"susunya kekasih, susunya kekasih, yang sangat sayang kepada diriku oooow..."
*kupunya ding!
Mohon maaf lahir batin, saya mau libur nge-blog
BalasHapus@ Mas Andy:
BalasHapusKami sekeluarga mengucapkan mohon maaf lahir batin juga. Mudik ke Boja apa ke mana?.
Jangan lupa sedia 'susu' sebelum ada 'air hujan'
Ijin Pak Guru. Belanga itu sedangkal pengetahuan saya adalah peralatan dapur dari tanah liat. Kalau orang Jawa menyebutnya dengan nama Kuwali.
BalasHapusSalam, Pak Guru.
oh iya sekedar berbagi pak guru, air tuba tuh sama aja dengan air ketuban, itu tuh air yang keluar pada saat melahirkan...maafkan jika saya salah.,.jadi air tuba sama air susu punya kesamaan bahwa keduanyA berasal dari perempuan
BalasHapushasil survey yang menakjubkan, oak mar, hehehe ... kok sempat2nya pak mar melakukan survey seperti itu, haks... yang pasti peribahasa secara turun-temurun sudah seperti itu. konon kalau diubah bisa kuwalat, haks. btw, selamat menyambut hari kemenangan di hari yang fitri, mohon maaf lahir dan batin. kapan mudikke kudus, pak?
BalasHapusBanar sekali pak dari susu saya nikmati dan memang itulah kodisi yang ada bahwa sebagian besar tidak mampu memahami peribahasa dengan benar apalagi kata kata yang tersusun dalam pribahasa kalo ditanya paling jawabnya kalo nggak salah adalah..... jadi gemana mengenai susu memang boleh dinikmati kok pak.............
BalasHapusMaafkan saya kalau pikiran saya kotor, yang saya bayangkan SUSU SEBELANGA, tentunya kasihan sekali ya pak, si perempuan itu, jalannya pasti kalau tidak bongkok ya ndegek karena terbebani susunya.
BalasHapusMohon maaf lahir batin. Selamat lebaran.
Tulisan ini seperti badan POM yang sedang sidak susu. Pak Guru tak perlu basa-basi menyatakan seribu maaf, karna ini memang seperti tuba yang pahit, namun menyembuhkan kudis yang menjalar. Terima kasih pencerahannya.
BalasHapusoo..gitu
BalasHapusStop Dreaming Start Action
gara2 susu, saya sering kesusu *komentar saya kata susu sangat mendominasi* hiihihihi..
BalasHapus