Kabupaten Demak

28 Juli 2009
SEJARAH SINGKAT KABUPATEN DEMAK


Kurang lebih 6 (enam) abad silam, berdasarkan letak geografisnya, kawasan yang bernama Demak ternyata tidak terletak di pedalaman yang jaraknya lebih kurang 30 km dari bibir laut Jawa seperti sekarang ini. Kawasan tersebut pada waktu itu berada di dekat Sungai Tuntang yang sumbernya berasal dari Rawa Pening. Geografi kesejarahan mengenai kawasan Demak dapat pula dibaca di buku Dames, yang berjudul “The Soil of East Central Java” (1955). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Demak dahulu terletak di tepi laut, atau lebih tepatnya berada di tepi Selat Silugangga yang memisahkan Pulau Muria dengan Jawa Tengah.



Mengenai ekologi Demak, DR.H.J. De Graaf juga menulis bahwa letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Hal ini disebabkan karena selat yang ada di depannya cukup lebar sehingga perahu dari Semarang yang akan menuju Rembang dapat berlayar dengan bebas melalui Demak. Namun setelah abad XVII Selat Muria tidak dapat dipakai lagi sepanjang tahun karena pendangkalan.



Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Demak. Hal ini merujuk pada peristiwa penobatan Raden Patah menjadi Sultan Bintoro yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Mulud Tahun 1425 Saka (dikonversikan menjadi 28 Maret 1503).Dalam Babat Tanah Jawi, tempat yang bernama Demak berawal dari Raden Patah diperintahkan oleh gurunya (Sunan Ampel) agar merantau ke Barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung hutan/tanaman Gelagah Wangi letaknya berada di Muara Sungai Tuntang yang sumbernya berada di lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening).



Menurut Prof. Soetjipto Wirjosoeprapto, setelah hutan Gelagah Wangi ditebang dan didirikan tetrukan (pemukiman), baru muncul nama Bintoro yang berasal dari kata bethoro (bukit suci bagi penganut agama hindu). Pada kawasan yang berada di sekitar muara Sungai Tuntang, bukit sucinya adalah Gunung Bethoro (Prawoto) yang sekarang masuk daerah Kabupaten Pati.



Menurut beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama bintoro diambil dari nama pohon Bintoro yang dulu banyak tumbuh di sekitar hutan Gelagah Wangi. Ciri-ciri pohon Bintoro mulai dari batang, daun dan bunganya mirip dengan pohon kamboja (apocynaceae), hanya saja buahnya agak menonjol seperti buah apel.





Ada beberapa pendapat mengenai asal nama kota Demak, diantaranya :
  • Prof.DR. Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata air. Selanjutnya penulis Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal dari bahasa Arab diambil dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang mengandung air (rawa-rawa). Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak mengandung air; Karena banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat (kolam) atau sebangsa telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari bahasa Sansekerta berarti rawa.
  • Menurut Prof. Slamet Mulyono, Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti anugerah. Bumi Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan kepada putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar etimologisnya adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo Yotho Karamanyo”.
  • Berasal dari bahasa Arab “dummu” yang berarti air mata. Hal ini diibaratkan sebagai kesusahpayahan para muslim dan mubaligh dalam menyiarkan dan mengembangkan agama islam saat itu. Sehingga para mubaligh dan juru dakwah harus banyak prihatin, tekun dan selalu menangis (munajat) kepada Allah SWT memohon pertolongan dan perlindungan serta kekuatan.

Demak merupakan Kasultanan ketiga di Nusantara atau keempat di Asia Tenggara. Ibukotanya Demak yang sekaligus digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pusat penyebaran agama Islam yang diprakarsai oleh para Wali (Wali Songo). Ketika orang Portugis datang ke Nusantara, Majapahit yang agung sudah tidak ada lagi. Menurut catatan pada tahun 1515 Kasultanan Bintoro sudah memiliki wilayah yang luas dari kawasan induknya ke barat hingga Cirebon. Pengaruh Demak terus meluas hingga meliputi Aceh yang dipelopori oleh Syeh Maulana Ishak (Ayah Sunan Giri). Kemudian Palembang, Jambi, Bangka yang dipelopori Adipati Aryo Damar (Ayah Tiri Raden Patah) yang berkedudukan di Palembang; dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan, Kotawaringin (Kalimantan Tengah). Menurut hikayat Banjar diceritakan bahwa masyarakat Banjar dulu yang meng-islam-kan adalah penghulu Demak (Bintoro) dan yang pertama kali di-islam-kan adalah Pangeran Natas Angin yang kelak dimakamkan di Komplek Pemakaman Masjid Agung Demak. Di daerah Nusa Tenggara Barat perkembangan agama Islam dipelopori oleh Ki Ageng Prapen dan Syayid Ali Murtoko, adik kandung Sunan Ampel yang berkedudukan di Bima.





Pada masa Kasultanan Demak diperintah oleh Sultan Trenggono, wilayah nusantara benar-benar dapat dipersatukan kembali. Terlebih lagi dengan adanya Fatahillah, Putera Mahkota Sultan Samodera Pasai yang menjadi menantu Raden Patah. Dialah yang berhasil mengusir orang-orang Portugis dari kota Banten dan berhasil menyatukan kerajaan Pasundan yang sudah rapuh. Dengan demikian seluruh pantai utara Jawa Barat sampai Panarukan Jawa Timur (1525-1526) dikuasai oleh Kasultanan Bintoro. Sementara itu Kediri takluk pada tahun 1527 yang berturut-turut kemudian diikuti oleh kawasan yang ada di pedalaman. Sampai akhirnya Blambangan yang letaknya berada di pojok tenggara Jawa Timur menyerah tahun 1546. Disinilah Sultan Trenggono gugur di medan pertempuran ketika berhadapan dengan Prabu Udoro (Brawijaya VII).



Bukti sejarah masa kejayaan Kasultanan Bintoro adalah Masjid Agung Demak.


Info selengkapnya ada di
sini
Postingan ini dilengkapi fasilitas pengaturan jenis dan ukuran font.
Pilih dan atur sesuai selera agar nyaman di mata. Terima Kasih.

18 komentar :

  1. pertamak pak sekarang kelihatannya sejarah terus yang dibahas

    BalasHapus
  2. keduax... (wah, top markotop...)

    BalasHapus
  3. Sekarang jadi guru sejarah Pakdhe?

    BalasHapus
  4. matur nuwun pak de sampun bahas tentang demak. tambah satu lagi referensi

    BalasHapus
  5. hahah mantabs owm, tau dari mana owm cerita tentang demak?

    BalasHapus
  6. Wah, mas pasti ngincer traffic dari anak sekolahan ya? Semoga sukses, biar traffic dikit yang penting berharga.

    BalasHapus
  7. wahh...
    mantepp nie informasinya...
    semangat...

    BalasHapus
  8. Kalo ndak salah mister asli Demak ya??

    BalasHapus
  9. Kunjungan tanggal muda...
    duluan mana kerajaan Demak sama Majapahit pak??

    BalasHapus
  10. Kebetulan saya punya temen anak demak, tapi gak tau sejarah kota demak, nah ini bisa menjadi referensi neh

    BalasHapus
  11. Saya Asli orang Demak, mohon kepada Bpk pejabat yang berwenang untuk kerajaan Demak yang hilang ditelusuri lagi agar bisa diketemukan dan akan menjadi obyek wisata yang bersejarah. disamping itu juga tolong yang namanya aset kekayaan masjid demak diselamatkan, berapa ratus hektar peninggalan kerajaan Demak sampai sekarang habis. terus tolong pak untuk pungutan parkir masjid demak itu dihilangkan seperti parkir makam sunan kudus itu kan gratis masyarakat tidak dipungut kenapa parkir yang kemakam Raden Fatah itu kok dipungut kemana uangnya masuk saku pejabat atau kemana pak..????

    BalasHapus
  12. kepada Bpk Bupati yang terhormat
    Mohon Parkir Bis Sebelah masjid Demak itu diberi tarif yang sesuai dengan perda ada aturannya jangan seenaknya sendiri terlalu mahal pak. begitu juga parkir sepeda motor yang ke makam sultan fattah itu harusnya gratis seperti parkir sepeda motor yang ke makan sunan kudus itu gratis pak..?????

    BalasHapus
  13. Trims mas cerita Demaknya,jgn lupa kunjungi blog saya mas di http://hingok.files.wordpress.com/2010/06/rahasia-terbesar-bani-jawi.pdf yang bercerita tentang rahasia terbesar bani jawi (Bangsa Melayu/Nusantara) mulai sejak jaman nabi nuh sampai modern sekarang.

    BalasHapus
  14. terimakasih telah berbagi pengetahuan sejarah

    BalasHapus
  15. Ingin mendapatkan harga tiang lampu jalan 3 meter dengan terjangkau, yuk kepoin aja website dari abi tiang pju.

    BalasHapus

Random Post

Back to top

Sugeng

Selamat
Hari

Have
a nice day

~mars~