K
Saya bukan ahli sajak tapi saya suka sajak di atas.
Bagaimana dengan sampeyan?.
Atau malah sudah lebih dulu tau sajak itu ketimbang saya?
Silahkan dimaknai sendiri.
(maaf, akupun tak tau, itu tadi sajak ataukah puisi...)

etika tanpa sengaja mendengarkan streaming Radio Dangdut Indonesia, ada selingan sajak oleh W.S Rendra [ada koreksi dari seorang sahabat, ternyata yang nulis bukan W.S Rendra tapi Gus Mus]. Judulnya Kau Ini Bagaimana?.
Inilah sajak itu selengkapnya:
Kau bilang Aku merdeka, Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kafir
Aku harus bagaimana?
Kau bilang bergeraklah, Aku bergerak Kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai
Kau ini bagaimana?
Kau suruh Aku pegang prinsip, Aku memegang prinsip Kau tuduh Aku kaku
Kau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan
Aku harus bagaimana?
Aku Kau suruh maju, Aku maju Kau srimpung kakiku
Kau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku
Kau ini bagaimana?
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain
Aku harus bagaimana?
Kau bilang Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saat
Kau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana?
Aku Kau suruh membangun, Aku membangun Kau merusaknya
Aku Kau suruh menabung, Aku menabung Kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana?
Kau suruh Aku menggarap sawah, sawahku Kau tanami rumah-rumah
Kau bilang Aku harus punya rumah, Aku punya rumah Kau meratakannya dengan tanah
Kau ini bagaimana?
Aku Kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku Kau suruh bertanggung jawab, Kau sendiri terus berucap Wallahu a'lam bissawab
Kau ini bagaimana?
Kau suruh Aku jujur, Aku jujur Kau tipu Aku
Kau suruh Aku sabar, Aku sabar Kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana?
Aku Kau suruh memliihmu sebagai wakilmu, sudah kupilih Kau bertindak semaumu
Kau bilang Kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja Kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana?
Kau bilang bicaralah, Aku bicara Kau bilang Aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam Kau tuduh Aku apatis
Aku harus bagaimana?
Kau bilang kritiklah, Aku kritik Kau marah
Kau bilang cari alternatifnya, Aku kasih alternatif Kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana?
Aku bilang terserah Kau, Kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, Kau tak suka
Aku bilang terserah Aku, Kau memakiku
Kau ini bagaimana?
Aku harus bagaimana?
Inilah sajak itu selengkapnya:
Kau bilang Aku merdeka, Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kafir
Aku harus bagaimana?
Kau bilang bergeraklah, Aku bergerak Kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai
Kau ini bagaimana?
Kau suruh Aku pegang prinsip, Aku memegang prinsip Kau tuduh Aku kaku
Kau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan
Aku harus bagaimana?
Aku Kau suruh maju, Aku maju Kau srimpung kakiku
Kau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku
Kau ini bagaimana?
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain
Aku harus bagaimana?
Kau bilang Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saat
Kau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana?
Aku Kau suruh membangun, Aku membangun Kau merusaknya
Aku Kau suruh menabung, Aku menabung Kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana?
Kau suruh Aku menggarap sawah, sawahku Kau tanami rumah-rumah
Kau bilang Aku harus punya rumah, Aku punya rumah Kau meratakannya dengan tanah
Kau ini bagaimana?
Aku Kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku Kau suruh bertanggung jawab, Kau sendiri terus berucap Wallahu a'lam bissawab
Kau ini bagaimana?
Kau suruh Aku jujur, Aku jujur Kau tipu Aku
Kau suruh Aku sabar, Aku sabar Kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana?
Aku Kau suruh memliihmu sebagai wakilmu, sudah kupilih Kau bertindak semaumu
Kau bilang Kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja Kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana?
Kau bilang bicaralah, Aku bicara Kau bilang Aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam Kau tuduh Aku apatis
Aku harus bagaimana?
Kau bilang kritiklah, Aku kritik Kau marah
Kau bilang cari alternatifnya, Aku kasih alternatif Kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana?
Aku bilang terserah Kau, Kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, Kau tak suka
Aku bilang terserah Aku, Kau memakiku
Kau ini bagaimana?
Aku harus bagaimana?
Bagaimana dengan sampeyan?.
Atau malah sudah lebih dulu tau sajak itu ketimbang saya?
Silahkan dimaknai sendiri.
(maaf, akupun tak tau, itu tadi sajak ataukah puisi...)

Postingan ini dilengkapi fasilitas pengaturan jenis dan ukuran font. Pilih dan atur sesuai selera agar nyaman di mata. Terima Kasih. |
Wahh pertamanya nih??
BalasHapushmmm apa ya?? he..he.. jadi bungung seperti si KAU ini halah!!
Kayaknya repot jadi KAU..mending jadi Atca ajah ha..ha...ha..
Soalnya mumet kalo mikir si KAU....
nah loh nggak ngerti
BalasHapusnggak suka dangdut
KAU memang syaiton alas..... wekekekkeee
BalasHapusSajak atau puisi tanyakan saja pada rumput yang bergoyang pak
BalasHapusWS Rendra pada puisi ini memang hebat sekali mengepresikan / mendeskripsikan sifat munafik manusia... saya jadi sedih, jangan2 saya termasuk orang yg disindir oleh mas Rendra itu.
BalasHapussajak dulu saya juga nggak tahu bedanya sejak dan puisi.
BalasHapusSekarang jadi guru bahasa Indonesia ya, pak? Mau ngungkuli pak Sawali? Hehe
BalasHapuspuisi yang memang bagus, jujur pada realita kita semua,
BalasHapuscelakanya sekarang
(esmosi)
Kau suruh aku tenang, karena tidak akan ada badai besar,
celakanya detik ini sudah ada PHK 14000 orang di Jakarta,
siapa mau tenang, gak punya duit gak punya kerjaan gak punya harapan,
sekali modar tetep modar,
rawe-rawe rantas malang-malang putuh,
kapan-kapan tak sempalke ndas KAU, tak suwek cangkem KAU,
aku harus bagaimana, thas...thas...thas...
(/esmosi)
(senyum)
(maaf loh pak em, ini untuk KAU yang dimaksud surendra loh...huehehe)(/senyum)
wah...wis mandan jero kiye postingane....bisa dibredel lho pak... :)
BalasHapussaya ga tau itu sajak dibuat tahun berapa. tapi masih klop aja di zaman sekarang, pak. pilihan kata2nya pas banget buat menyindir :D
BalasHapusbertindak sesuai kata hati kita
BalasHapusanjing menggonggong kita tetap berlalu
Saya suka puisi atau sanjak itu...walaupun bikin bingung juga, terasa seperti pasrah, menyerah, namun ada semangat di dalamnya... menenangkan, menyenangkan, tapi bikin bingung juga... jadi saya harus bagaimana pak?
BalasHapusdulu saya suak sajak, puisi... sekarang saya masih suka meski agak mulai berkurang karena berbagai kesibukan yang membuat saya melupakan sajak dan puisi... :(
BalasHapuskalo saia lebih suka yang "bersatulah pelacur2 jakarta"...
BalasHapushehehe, entah kenapa.
ngga ngerti pak.. bukan orang sastra sih... hehehehe
BalasHapushanya menambahkan sajah
BalasHapusKau suruh aku tidur, aku tidur malah aku kau tiduri
Kau suruh aku bangun, eh malah kau tidur mendengkur
Kau ini bagaimana....
Halah.... :)
Kl menurut sy arti puisi itu adalah orang yang serba salah.. :)
BalasHapusdulu penggemar CA...
BalasHapusbtw, tukeran link?
Kau ini bagaimana?
BalasHapusAku harus bagaimana?
Lha bagaimana hayo...
aku suka sekali pak,bagus banget, terus bagaimana?
BalasHapusclingak..clinguk...
BalasHapusooww..sastra tohh..uammppuuunnnn
Wah ni saya mau komentar ttg hal laen ni Pak, Gimana ya guru bisa meluangkan waktu buat website yang begini banyak, belum dengan pekerjaan dan keluarga. Nah saya salut ni pak, terus terang aja, mana webblognya oke oke lagi, Yah kau ini bagaimana?
BalasHapuswah pak Marsud lagi bikin puisi panjang bener pak hehe...
BalasHapusiya nih, sampe pegel matanya..
BalasHapussajaknya bagus..
BalasHapuspenuh kritik n sindiran..
tapi... "kau bilang Tuhan sangat dekat. kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saat".
Nah kalimat ini berbau rasial n sara....
sebagai Muslim aq tersinggung n mau protes secara damai...
Bener-bener top!
BalasHapusMmm....saya tidak terlalu mengerti dengan sajak/puisi...tapi setelah saya membaca rangkaian kata diatas....banyak makna tersirat didalamnya dan sepertinya bernada kekecewaan, dan sindiran atas keadaan....
BalasHapus"harus bagaimana..?
BalasHapusya kau harus ikut aku. harus nurut semua ucapku.
Tak usahlah kau lihat bagaimana sikapku. bagaimana perilakuku.
Yang kubutuhkan kau hanya patuh. tidak macam-macam.
Berbuatlah semaumu. Tapi tetap harus seijinku.
kau paham..?!!"
saya numpang termenung...belom terlalu ngerti
BalasHapusMakasih yang sudah meninggalkan komentar di sini.
BalasHapusMohon maaf bila saya tak mampu menanggapi satu-satu.
saya tidak bisa bikin sajak
BalasHapustapi saya suka baca sajak
saya juga suka pak marsudiyanto kalau buat sajak :)
Saya dulu juara Baca Puisi dan sampai sekarang kalau ada Puisi yang bagus seperi itu...inginnya baca pusi sambil pahami maknanya....
BalasHapusMakasih Pak atas Puisinya Gus Mus...
Saya perasaan juga pernah baca Puisi itu loh.
Happy Wednesday! Bloghoppin' here... Hey, I have an interesting tutorial for you that I have written myself. It is about adding Adsense on your Single Post in XML template. I hope you'll like it! God Bless you!
BalasHapusSALAM KENAL YA!
BalasHapusdianfajarwati!!!
BalasHapusemang bener ya,Dea Imut itu 'hamil 2 bulan'??
bisa nggak,kamu kasi kt gue 'email,friendster,no.hp' nya Dea Imut..
pliz ya tolongin gue..
Keren banget puisinya, puisi yg harus di baca oleh para penguasa
BalasHapuskeren sajaknya
BalasHapussajaknya keren
BalasHapusSulumits...
BalasHapusnyoba bikin sajak yuk
BalasHapusStop Dreaming Start Action
lagi males komentar...
BalasHapusKalau ada orang kek gitu dikick aja. Bikin bingung sih :D
BalasHapus